Tata kehidupan
modern pada dasarnya ingin meningkatkan harkat hidup manusia ke taraf yang
lebih baik. Hal ini juga mempengaruhi kebiasaan ibu menyusui yang sudah semakin
bijak dalam memilih jalan terbaik dalam memberikan ASI pada bayi. Namun sejalan
dengan arus modernisasi, juga diperkenalkan berbagai bahan baru & menarik,
misalnya obat-obatan yang mana tanpa terkecuali termasuk ibu yang sedang
menyusui, tidak dapat menghindarkan diri dari penggunaan obat ini. Penggunaan /
pemberian obat pada masa menyusui memungkinkan risiko yang ditimbulkan pada
bayi oleh obat yang terdapat dalam air
susu. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana pengaruh penggunaan obat dalam
masa menyusui.
FARMAKOKINETIK OBAT PADA IBU
Proses
Farmakokinetik adalah proses yang menentukan cepat, konsentrasi, dan lamanya
obat terdapat di dalam “target organ”. Proses farmakokinetik terbagi atas 3
komponen, yaitu : absorpsi, distribusi, dan eliminasi.
EKSKRESI OBAT KE DALAM ASI
Ada
4 mekanisme penting obat dapat sampai (permeasi) ke dalam ASI, yaitu :
1.
Difusi Pasif
Berlangsung
berdasarkan perbedaan konsentrasi pada kedua sisi barier, berupa cairan atau
lemak. Difusi terjadi melalui pori-pori kecil pada membran sel, menyebabkan
hanya dapat dilalui oleh molekul-molekul kecil saja, seperti metanol. Kecuali
pada pembuluh darah kapiler dan limfe yang memiliki pori-pori cukup besar
sehingga dapat dilalui oleh molekul yang cukup besar. Obat larut dalam air
melewati barier cairan, sedangkan obat larut lemak melewati membran yang
terdiri dari lipid.
2.
Difusi dg bantuan karier khusus
Yang
bertindak sebagai karier adalah enzim – enzim atau protein tertentu. Terjadi
melalui perbedaan konsentrasi atau konsentrasi yg sama pada kedua sisi barier. Lebih
menentukan perbedaan aktifitas kimia suatu bahan pada kedua sisi barier. Bahan
yg berdifusi dg cairan ini umumnya mudah larut dalam air, tetapi terlalu besar
untuk melalui pori – pori dari membran.
3.
Difusi aktif
Memerlukan
energi untuk transpor, karena menuju daerah dg konsentrasi tinggi. Menggunakan
energi untuk pasasi dari glukosa, asam amino, kalsium, magnesium, dan natrium.
4.
Pinositosis atau kebalikannya
Pada
pinositosis, obat melekat pada dinding sel, kemudian mengalami invaginasi atau
evaginasi. Dinding sel & obat memisahkan diri, sehingga obat dapat masuk
atau keluar sel. Pinositosis menggunakan molekul yang sangat besar &
protein tidak berdifusi secara pasif, aktif, atau dengan bantuan karier. pH
lingkungan & derajat ionisasi obat, sifat obat basa atau lemah, tingkat
kelarutan, menentukan kesanggupan difusi yang berbeda.
PROSES FARMAKOKINETIS PADA BAYI
Proses
farmakokinetik pada bayi pada dasarnya sama dengan proses farmakokinetik pada
orang dewasa dengan beberapa perbedaan – perbedaan yang disebabkan oleh
immaturitas organ – organ yang membawa berbagai perbedaan fungsional.
ABSORBSI OBAT PADA BAYI
Ada dua hal
yang harus diperhatikan dalam peristiwa absorpsi obat pada bayi, yaitu :
1.
Aliran darah pada tempat pemberian obat
Masa
otot yang kecil serta aliran darah mudah terganggu akan menyebabkan obat yang
diberikan tetap tinggal pada tempat pemberian, karena tidak atau sedikit sekali
yang mengalami absorpsi.
2.
Fungsi gastrointestinal bayi
Dalam 24 jam pertama setelah lahir
terjadi peningkatan keasaman lambung yang tajam, sehingga obat yang tidak tahan
asam mudah mengalami kerusakan.Waktu pengosongan lambung bayi yang lambat (6-8jam),
menyebabkan obat yang diserap di lambung, hampir seluruhnya akan diserap.
Sedangkan yang diserap di usus halus, penyerapan lebih lambat dari seharusnya. Peristaltik
usus pada bayi tidak teratur / lambat, mengakibatkan absorpsi obat meningkat Peristaltik
usus meningkat, mengakibatkan absorpsi menurun.
DISTRIBUSI OBAT PADA BAYI
Volume cairan
tubuh sangat menentukan distribusi obat, terutama cairan ekstraseluler.
Cadangan cairan pada bayi normal 75%, dan bayi prematur 87%. Di samping cairan
tubuh, cairan lemak bayi normal 15%, dan bayi prematur 1%. Hal ini menyebabkan
bayi prematur hanya dapat menyimpan obat yang mudah larut lemak dari pada bayi
normal (genap bulan).
METABOLISME OBAT PADA BAYI
Metabolisme
obat sebagian besar terjadi dalam hepar. Pada bayi fungsi metabolime ini masih
rendah karena antifitas enzim hepar juga masih rendah. Semakin tua usia bayi,
maka makin matur fungsi hepar. Oleh karena itu, dosis obat yang diberikan harus
disesuaikan dengan kondisi ini.
EKSKRESI OBAT PADA BAYI
Filtrasi
Glomerulus berperan dalam eksresi obat. Daya filtrasi pada bayi semakin
meningkat pada usia 6-12 bulan mencapai filtrasi orang dewasa. Pada anak yang sakit, fungsi filtrasi
berkembang lebih lambat dari seharusnya hingga pengaturan dosis dan jangka
waktu pemberian obat akan menjadi lebih sulit.
PEMBERIAN OBAT DALAM MASA LAKTASI
Secara umum,
sebagian besar obat dapat disekresikan melalui air susu ibu, tetapi dalam
jumlah kecil hingga jumlah yang diterima bayi dalam sehari umumnya masih lebih
rendah dosis terapeutiknya. Walaupun demikian, obat yang diberikan kepada ibu
hendaknya dipilih yang relatif aman, serta diberikan paling lambat 30-60 menit
setelah menyusui atau 3-4 jam sebelum ibu menyusui yang berikutnya, agar
diperoleh ekskresi dalam air susu yang terendah.
OBAT YANG TIDAK BERPENGARUH PADA BAYI / BOLEH DIGUNAKAN
• Antikoagulan
– warfarin
• Sulfonamide,
kecuali pd bayi dg defisiensi G-6-PD.
• Antimalaria
; pirimetamin, dapson, sulfadoksin.
• Metronidazol
• Antiinflamasi
• Aspirin
dosis rendah
• Antikonvulsan
; natrium valproat, karbamazepin, etosuksimid.
• Labelatol,
verapamil, hidralazin.
• Antibiotika.
OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGUNAKAN
• Antikoagulan
; fenindion & etilbiskumasetat, menyebabkan kekurangan protrombin pd bayi.
• Tetrasiklin
& aminoglikosida, menyebabkan pewarnaan gigi, gangguan pertumbuhan tulang,
flora usus bayi.
• Kloramfenikol,
toksisitas pd bayi.
• Penisilin,
menyebabkan anafilaksis.
• Ampisilin,
menyebabkan diare & kandidiasis pd bayi.
• Antituberkulosis
; INH, menyebabkan defisiensi piridoksin pd bayi.
• Siklofosfamid,
metotreksat, & obat antineoplastik/imunosupresif, kontraindikasi dlm masa menyusui.
• Aspirin
dosis tinggi, mempengaruhi trombosit bayi.
• Barbiturat,
diazepam, antihistaminika menimbulkan gejala depresi pd bayi.
• Primidon,
menimbulkan depresi susunan saraf pusat pd bayi.
• Heroin
dosis tinggi, menyebabkan koma pd bayi.
• Petidin,
mengganggu susunan saraf pusat.
• Amitriptilin
& nortriptilin, efek farmakologik pd bayi.
• Klorpromazin, menyebabkan pusing
& letargi pd bayi.
• Alkohol, menyebabkan depresi susunan
saraf pusat.
• Teofilin, menyebabkan iritabilitas
pd bayi.
• Estrogen dosis tinggi, menyebabkan
penurunan produksi air susu, poliferasi dan epitel vagina pd bayi perempuan & ginekomastia pd bayi laki-laki.
• Antiaritmia & amiodaron,
menyebabkan brakardia pd bayi.
• Alkaloid ergot, menimbulkan gejala
intoksikasi ergot.
• Derivat antrakinon &
fenoltalein, menyebabkan diare pd bayi.
KESIMPULAN
Hanya obat yang sangat diperlukan
saja yang boleh diberikan pada ibu menyusui. Bila usia bayi kurang dari 1 bulan,
atau bayi lahir prematur, pemberian obat pada ibu sedapat mungkin dihindari. Keputusan
untuk memberikan atau tidak memberikan obat sangat tergantung pada klinikus,
dengan mempertimbangkan keuntungan pengobatan dan dampak kerugian pada bayi.
REFERENSI
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC
Suryawati, Sri. 1995. Penggunaan Obat dalam Masa Menyusui. Obat dan Pengobatan, Tahun VII, No. 2, Oktober 1995, hal. 1-3.
*Mohon doanya untuk penulis agar diberi kemudahan dalam menuntut ilmu dan mencapai cita-cita,, amiin.