Kamis, 10 Mei 2012

Cara Cerdas Membeli Makanan



Makanan kemasan sudah menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Di zaman serba instan seperti sekarang ini, faktor praktis dan cepat sangat penting. Kecuali makanan rutin yang dikonsumsi pada saat jam makan, tiga kali sehari, masyarakat terbiasa mengonsumsi produk kemasan, mulai dari makanan ringan sampai minuman kaleng.
Cara paling mudah untuk mendapatkan produk kemasan yang aman dan sehat adalah memperhatikan tiga informasi pokok, yakni kemasan produk, label produk, dan tanda daftar pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) atau Departemen Kesehatan. Masyarakat harus memilih makanan dengan kemasan yang baik. Kondisi fisik kemasan bisa berpengaruh pada isinya, kemasan yang sudah rusak dikhawatirkan isinyapun rusak, terjadi kontaminasi, dan dapat mengakibatkan keracunan. 
Keterangan pada label makanan kemasan sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunakannya. Komposisi yang terkandung dalam makanan tersebut dapat memberikan informasi kepada konsumen apa saja bahan yang digunakan untuk membuat produk tersebut. Mungkin saja salah satu bahannya termasuk yang perlu kita hindari, sehubungan dengan penyakit atau reaksi alergi. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui cara membaca label produk suatu makanan.
Apa yang harus diperhatikan pada label produk makanan ?
a.  Informasi Gizi
b. Persentase Pelabelan
c. Nama atau Deskripsi Produk
d. Layanan Konsumen
e. Informasi yang Menimbulkan Alergi 
f. Tanggal Pembuatan atau Batas Tanggal Konsumsi (expair date) 
g. Daftar Bahan Makanan
h. Label Produk harus Mendeskripsikan Isi Kemasan yang Tepat 
i.  Zat Makanan yang Berbahaya atau Dapat Meracuni 
j.  Bahan Makanan Legal
k.  Petunjuk Penggunaan dan Penyimpanan
l.  Tempat Produksi
m.  Lambang Halal atau Haram
n.  Izin dari BPOM
o. Berat Bersih Produk

Agar kesehatan dan keamanan dalam mengonsumsi makanan kemasan dapat terlindungi, maka sangat diharapkan para konsumen dapat melakukan analisis label produk makanan yang akan dikonsumsi. Selamat mencoba J


Pengaruh Penggunaan Obat dalam Masa Menyusui



Tata kehidupan modern pada dasarnya ingin meningkatkan harkat hidup manusia ke taraf yang lebih baik. Hal ini juga mempengaruhi kebiasaan ibu menyusui yang sudah semakin bijak dalam memilih jalan terbaik dalam memberikan ASI pada bayi. Namun sejalan dengan arus modernisasi, juga diperkenalkan berbagai bahan baru & menarik, misalnya obat-obatan yang mana tanpa terkecuali termasuk ibu yang sedang menyusui, tidak dapat menghindarkan diri dari penggunaan obat ini. Penggunaan / pemberian obat pada masa menyusui memungkinkan risiko yang ditimbulkan pada bayi oleh obat  yang terdapat dalam air susu. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana pengaruh penggunaan obat dalam masa menyusui.

FARMAKOKINETIK  OBAT PADA IBU
Proses Farmakokinetik adalah proses yang menentukan cepat, konsentrasi, dan lamanya obat terdapat di dalam “target organ”. Proses farmakokinetik terbagi atas 3 komponen, yaitu : absorpsi, distribusi, dan eliminasi.

EKSKRESI OBAT KE DALAM ASI
                Ada 4 mekanisme penting obat dapat sampai (permeasi) ke dalam ASI, yaitu :
1.    Difusi Pasif
                Berlangsung berdasarkan perbedaan konsentrasi pada kedua sisi barier, berupa cairan atau lemak. Difusi terjadi melalui pori-pori kecil pada membran sel, menyebabkan hanya dapat dilalui oleh molekul-molekul kecil saja, seperti metanol. Kecuali pada pembuluh darah kapiler dan limfe yang memiliki pori-pori cukup besar sehingga dapat dilalui oleh molekul yang cukup besar. Obat larut dalam air melewati barier cairan, sedangkan obat larut lemak melewati membran yang terdiri dari lipid.

2.    Difusi dg bantuan karier khusus
                Yang bertindak sebagai karier adalah enzim – enzim atau protein tertentu. Terjadi melalui perbedaan konsentrasi atau konsentrasi yg sama pada kedua sisi barier. Lebih menentukan perbedaan aktifitas kimia suatu bahan pada kedua sisi barier. Bahan yg berdifusi dg cairan ini umumnya mudah larut dalam air, tetapi terlalu besar untuk melalui pori – pori dari membran.

3.    Difusi aktif
                Memerlukan energi untuk transpor, karena menuju daerah dg konsentrasi tinggi. Menggunakan energi untuk pasasi dari glukosa, asam amino, kalsium, magnesium, dan natrium.

4.    Pinositosis atau kebalikannya
Pada pinositosis, obat melekat pada dinding sel, kemudian mengalami invaginasi atau evaginasi. Dinding sel & obat memisahkan diri, sehingga obat dapat masuk atau keluar sel. Pinositosis menggunakan molekul yang sangat besar & protein tidak berdifusi secara pasif, aktif, atau dengan bantuan karier. pH lingkungan & derajat ionisasi obat, sifat obat basa atau lemah, tingkat kelarutan, menentukan kesanggupan difusi yang berbeda.

PROSES FARMAKOKINETIS PADA BAYI
Proses farmakokinetik pada bayi pada dasarnya sama dengan proses farmakokinetik pada orang dewasa dengan beberapa perbedaan – perbedaan yang disebabkan oleh immaturitas organ – organ yang membawa berbagai perbedaan fungsional.

ABSORBSI OBAT PADA BAYI
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam peristiwa absorpsi obat pada bayi, yaitu :
1.    Aliran darah pada tempat pemberian obat
                Masa otot yang kecil serta aliran darah mudah terganggu akan menyebabkan obat yang diberikan tetap tinggal pada tempat pemberian, karena tidak atau sedikit sekali yang mengalami absorpsi.

2.    Fungsi gastrointestinal bayi
Dalam 24 jam pertama setelah lahir terjadi peningkatan keasaman lambung yang tajam, sehingga obat yang tidak tahan asam mudah mengalami kerusakan.Waktu pengosongan lambung bayi yang lambat (6-8jam), menyebabkan obat yang diserap di lambung, hampir seluruhnya akan diserap. Sedangkan yang diserap di usus halus, penyerapan lebih lambat dari seharusnya. Peristaltik usus pada bayi tidak teratur / lambat, mengakibatkan absorpsi obat meningkat Peristaltik usus meningkat, mengakibatkan absorpsi menurun.

DISTRIBUSI OBAT PADA BAYI
Volume cairan tubuh sangat menentukan distribusi obat, terutama cairan ekstraseluler. Cadangan cairan pada bayi normal 75%, dan bayi prematur 87%. Di samping cairan tubuh, cairan lemak bayi normal 15%, dan bayi prematur 1%. Hal ini menyebabkan bayi prematur hanya dapat menyimpan obat yang mudah larut lemak dari pada bayi normal (genap bulan).

METABOLISME OBAT PADA BAYI
Metabolisme obat sebagian besar terjadi dalam hepar. Pada bayi fungsi metabolime ini masih rendah karena antifitas enzim hepar juga masih rendah. Semakin tua usia bayi, maka makin matur fungsi hepar. Oleh karena itu, dosis obat yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi ini.

EKSKRESI OBAT PADA BAYI
Filtrasi Glomerulus berperan dalam eksresi obat. Daya filtrasi pada bayi semakin meningkat pada usia 6-12 bulan mencapai filtrasi orang dewasa.  Pada anak yang sakit, fungsi filtrasi berkembang lebih lambat dari seharusnya hingga pengaturan dosis dan jangka waktu pemberian obat akan menjadi lebih sulit.

PEMBERIAN OBAT DALAM MASA LAKTASI
Secara umum, sebagian besar obat dapat disekresikan melalui air susu ibu, tetapi dalam jumlah kecil hingga jumlah yang diterima bayi dalam sehari umumnya masih lebih rendah dosis terapeutiknya. Walaupun demikian, obat yang diberikan kepada ibu hendaknya dipilih yang relatif aman, serta diberikan paling lambat 30-60 menit setelah menyusui atau 3-4 jam sebelum ibu menyusui yang berikutnya, agar diperoleh ekskresi dalam air susu yang terendah.

OBAT YANG TIDAK BERPENGARUH PADA BAYI / BOLEH DIGUNAKAN
  Antikoagulan – warfarin
  Sulfonamide, kecuali pd bayi dg defisiensi G-6-PD.
  Antimalaria ; pirimetamin, dapson, sulfadoksin.
  Metronidazol
  Antiinflamasi
  Aspirin dosis rendah
  Antikonvulsan ; natrium valproat, karbamazepin, etosuksimid.
  Labelatol, verapamil, hidralazin.
  Antibiotika.

OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGUNAKAN
  Antikoagulan ; fenindion & etilbiskumasetat, menyebabkan kekurangan protrombin pd bayi.
  Tetrasiklin & aminoglikosida, menyebabkan pewarnaan gigi, gangguan pertumbuhan tulang, flora usus bayi.
  Kloramfenikol, toksisitas pd bayi.
  Penisilin, menyebabkan anafilaksis.
  Ampisilin, menyebabkan diare & kandidiasis pd bayi.
  Antituberkulosis ; INH, menyebabkan defisiensi piridoksin pd bayi.
  Siklofosfamid, metotreksat, & obat antineoplastik/imunosupresif,  kontraindikasi dlm masa menyusui.
  Aspirin dosis tinggi, mempengaruhi trombosit bayi.
  Barbiturat, diazepam, antihistaminika menimbulkan gejala depresi pd bayi.
  Primidon, menimbulkan depresi susunan saraf pusat pd bayi.
  Heroin dosis tinggi, menyebabkan koma pd bayi.
  Petidin, mengganggu susunan saraf pusat.
  Amitriptilin & nortriptilin, efek farmakologik pd bayi.
  Klorpromazin, menyebabkan pusing & letargi pd bayi.
  Alkohol, menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
  Teofilin, menyebabkan iritabilitas pd bayi.
  Estrogen dosis tinggi, menyebabkan penurunan produksi air susu, poliferasi dan epitel   vagina pd bayi perempuan & ginekomastia pd bayi laki-laki.
  Antiaritmia & amiodaron, menyebabkan brakardia pd bayi.
  Alkaloid ergot, menimbulkan gejala intoksikasi ergot.
  Derivat antrakinon & fenoltalein, menyebabkan diare pd bayi.

KESIMPULAN
Hanya obat yang sangat diperlukan saja yang boleh diberikan pada ibu menyusui. Bila usia bayi kurang dari 1 bulan, atau bayi lahir prematur, pemberian obat pada ibu sedapat mungkin dihindari. Keputusan untuk memberikan atau tidak memberikan obat sangat tergantung pada klinikus, dengan mempertimbangkan keuntungan pengobatan dan dampak kerugian pada bayi.


 REFERENSI
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC
Suryawati, Sri. 1995. Penggunaan Obat dalam Masa Menyusui. Obat dan Pengobatan, Tahun VII, No. 2, Oktober 1995, hal. 1-3.



*Mohon doanya untuk penulis agar diberi kemudahan dalam menuntut ilmu dan mencapai cita-cita,, amiin.






Senin, 07 Mei 2012

Laktasi Amenore


Apa itu Laktasi Amenore ?
Laktasi Amenore merupakan alat kontrasepsi (penjarangan kehamilan) alami. Metode Amenore Laktasi (MAL) atau Lactational Amerrohea Method (LAM) adala metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian ASI eksklusif. MAL dapat dikatakan sebagai metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA). LAM dikembangkan sebagai hasil dari pertemuan yang diadakan di Georgetown Univesity, yang dirancang untuk membawa manfaat kesehatan dan kesuburan menyusui menjadi perhatian keluarga berencana.

Bagaimana Cara Kerja MAL ?
MAL bersifat menunda atau menekan terjadinya ovulasi (pembuahan). Pada saat menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitoksin. Semakin sering ibu menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotropin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.

MAL, Efektifkah ?
Berdasarkan hasil penelitian MAL akan sangat efektif (98%) apabila digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Digunakan selama 6 bulan pertama post partum (setelah melahirkan)
b. Belum mendapat haid pasca melahirkan
c. Menyusui secara eksklusif
d. Tergantung pada frekuensi dan intensitas menyusui

Apa Manfaat MAL ?
Ada dua manfaat MAL yaitu sebagai kontrasepsi dan non-kontrasepsi.
a. Manfaat Kontrasepsi
    - Efektifitas tinggi (98%)
    - Dapat segera dimulai  pasca melahirkan
    - Tidak memerlukan prosedur khusus, alat atau obat
    - Tidak memerlukan pengawasan medis
    - Tidak mengganggu senggama
    - Mudah digunakan
    - Tidak perlu biaya
    - Tidak ada efek samping
    - Tidak bertentangan dengan budaya dan agama

b. Manfaat Non-Kontrasepsi
    - Untuk bayi : mendapatkan kekebalan pasif (imunitas), peningkatan gizi (nutrisi), dan mengurangi resiko        penyakit menular.

    - Untuk ibu : mengurangi pendarahan pasca melahirkan (anemia), membantu uterus kembali normal, meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi.

Hambatan MAL ?
MAL juga memiliki keterbatasan antara lain :
a. Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan
b. Hanya efektif digunakan selama 6 bulan pasca melahirkan
c. Belum mendapatkan haid pasca melahirkan
d. Menyusui eksklusif
e. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual, hepatitis B, dan HIV/AIDS

Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL
MAL tidak dapat digunakan oleh :
a. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid
b. Wanita yang tidak menyusui eksklusif
c. Wanita yang bekerja terpisah dari bayi lebih dari 6 jam
d. Bayi sudah berusia lebih dari 6 bulan
e. Bayi mempunyai gangguan metabolisme

Apa yang Harus diketahui Klien ?
Sebelum menggunakan MAL, klien terlebih dahulu diberikan konseling sebagai berikut :
a. Bayi harus menyusu sesering mungkin
b. Waktu pengosongan payudara kurang dari 4 jam
c. Bayi menyusu sampai kenyang (melepas sendiri hisapannya)
d. MAL tidak efektif bila tidak ASI eksklusif
e. Ibu yang sudah dapat haid pasca melahirkan dianjurkan menggunakan metode kontrasepsi lain


Referensi :
Miriam H. Labbok, MD, MPH Associate Professor, Georgetown University Medical Center, WHO Pusat Kolaborasi pada Menyusui dari Abstrak Menyusui, Agustus 1993, volume 13, nomor 1, hal 3-4.

Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC.